Waktu terus berjalan seiring dengungan mesin kereta yang menunggu penumpang datang, dan suara panggilan ketika kereta datang dan kembali. Ada yang menunggu di bangku kedatangan, ada juga yang menunggu sambil berdiri. Feron demi feron dipenuhi orang yang hendak pergi entah kemana. Feron tempat dimana orang menunggu kereta. Di tempat itu ada yang duduk ngalas di pinggiran feron, ada pula jongkok, dan ada pula hanya ngalas dengan koran, kalau dalam bahasa saya yaitu duduk di tanah/ jalan.
Tidak sabar untuk menaiki kereta, kereta pujaan, saya sambil tersenyum geli kalau melihat kereta yang saya tumpangi jauh dari kenyamanan. Ketika menaiki sudah tercium aroma tidak sedap. Ketika berjalan mencari tempat duduk banyak sampah berserakan dan untungnya ada petugas kebersihan dengan alat seadanya menyapu, apakah mereka tidak diberikan inventaris alat kebersihan pikir saya tadi, ck ck ck..yah sudahlah...
Ketika duduk lega rasanya menghilangkan ketegangan setelah menunggu kereta datang tadi. Awalnya nyaman, satu demi satu penumpang masuk penuhi kereta, bau asap rokok, panggilan pedagang asongan, menjual tahu, minuman, roti, dan lain-lain, sampai ada yang meminta-minta pula. Sampai di stasiun ke dua tidak jauh dari stasiun awal saya naik, terdengar suara hilir mudik kereta barang, huuh suasana mulai panas di dalam kereta. Untungnya pas di atas atap kereta ada kipas angin tempel yang masih berfungsi, lumayan menghilangkan sedikit hawa panas ini.
Satu setengah jam perjalanan akan banyak sekali hal-hal dan kegiatan yang saya lihat. Sambil tersenyum kegiatan seperti apa?! Kegiatan orang hilir mudik di dalam kereta api pastinya. Huh lama sekali berhenti di stasiun ke dua ini sampai tulisan ini saya tulis eh ketik, belum juga berangkat. Eeh akhirnya jalan juga, orang bilang sich panjang umur nich kereta, sambil tersenyum lagi dech saya.
Coba lihat sekitar sepertinya penumpang yang kebagian tempat duduk sudah mulai santai, dan yang berdiri dengan wajah lemas, pikiran entah kemana atau sambil lihat-lihat sepertinya ikut menikmati perjalanan ini. Baru saja saya menolak untuk memberikan uang ke anak jalanan yang membersihkan lantai di kereta. Dengan alat seadanya memakai potongan bekas sandal jepit dia sanggup membersihkannya. Ada yang memberikan uang ada juga yang tidak termasuk saya tadi.
Wah,. sudah sampai di stasiun ke tiga nich, bakal tambah penumpang lagi, tapi biasanya juga tambah pedagang, ini belum seberapa sich. Saya menoleh ke kanan ada tumpukan box terbuat dari kayu dan juga box plastik berisi buah salak. Depan saya ada bekas tempat cat seperti ember lumayan besar plus pegangannya yang berisi galon air bentuknya kecil. Biasanya setahu saya galon air tadi untuk isi ulang pedagang minuman. Pedagang minuman ini menjual berbagai minuman dari sachetan, tahukan maksud minuman sachet ini? Itu loh yang ada di tv-tv buat menambah stamina dan tenaga dan iklannya juga ada ko salah seorang penunggu gunung merapi(maaf yach mbah tidak saya sebutkan namanya ^_^) juga petinju nasional yang terkenal dari banjarnegara, sejenis itu dech minuman yang dimaksud.
Kereta sedang menuju ke stasiun ke empat, sambil menunggu saya terus ikuti alur pikiran saya, semoga masih ada tenaga buat mengetik di hp bb-an ini hikz. Lumayan agak ngebantu pikiran saya yang lagi konek ini. Sambil tersenyum lagi, sampai juga di stasiun ke empat, ups.. salah!! ternyata stasiun yang saya maksud sudah lewat, saya coba tanya penumpang sebelah saya ternyata sudah lewat begitu juga ketika saya lihat ke luar kaca kereta memang iya. Tersenyum lagi dech saya, ^_^. Kereta berhenti karena kemungkinan menurut saya di depan ada kereta lain yang belum jalan. Kereta langsung menuju ke stasiun ke lima setelah mungkin kereta lain sudah jalan.
Nah baru nich sampe di stasiun ke lima, stasiun ini letaknya dekat dengan pusat lokasi penjualan barang grosir. Pasti tahu kan tempatnya? Nah sudah jalan lagi nich keretanya, udara semakin panas, kulit wajah sudah berminyak, kebetulan saya pilih gerbong(rangkaian kereta) yang posisi duduknya bisa berhadap-hadapan dan pintunya letaknya yang di tengah, seperti kereta KRL listrik. Kebetulan saya historikan saja nich, kereta ini yang saya tumpangi merupakan kereta penumpang kelas ekonomi, kalau tidak salah subsidi dari pemerintah untuk rakyat kecil semacam saya ini, tarifnya jadi murah, saya beli tiketnya Rp.45 ribu aja untuk satu bulan pulang pergi, sebenarnya saya kerja ngga sampai 30 hari kerja, tapi 22 hari kerja. Nah kalau beli harian lumayan boros juga sich, tiket seharga Rp.1500, untuk pulang pergi selama 22 hari kerja bisa sampai Rp. 66 ribu, itupun kalau kereta ada di stasiun awal. Biasanya kalau lagi ada perubahan jadwal yang tidak saya ketahui, saya harus naik angkot di mana kereta yang biasa saya tumpangi itu tidak berhenti di stasiun awal, kereta itu ada di stasiun berikutnya dan calon penumpang yang biasa menumpang harus dengan terpaksa naik dari stasiun yang dimaksud. Ujung-ujungnya ongkos juga, makanya saya ambil tiket berlangganan itu biar agak murah dan membantu ongkos saya ini. Yah maklum saya sedang menggalang sistim ngirit alias hemat di rumah, tersenyum lagi dech saya. Habis ketahuan nich dompetnya tipis alias jarang diisi duitnya hehehe.. ;P.
Nggak kerasa sampai di stasiun ke enam, sampai selang beberapa menit jalan. Udara mulai panas dan semakin panas, air keringat mulai turun di dagu saya, walau tidak terlalu sesak di bandingkan gerbong yang lain namun sekitar saya penuh asap rokok, jadi pengap. Sepertinya saya sudah mulai letih nich. Mendengar pedagang minuman menjual minuman jahe kayanya kepengen juga,..yaah sayang sudah lewat begitu saja, habis saya sibuk mengetik sampai ngga sempet menoleh.
Memandang sebentar ke depan, air keringat meluncur ke bawah dari atas jakun sampai ke bawah atas dada. Kayanya tulisan ini bakal berakhir dengan habisnya baterei di handphone ini. Stasiun ke tujuh sampai, saya sempat di tawarkan tahu dengan penumpang yang mengalas di bawah saya. Hirup napas panjang,.. lanjut lagi ngetiknya. Mulai pegel juga nich leher, haus, sedikit sakit perut, wah kebayangkan rasanya naik kereta model saya ini, tapi untungnya dengan saya menulis/ketik ini rasa capek agak sedikit tidak terasa.
Terdengar seorang nenek meminta-minta lewat dengan suara memelas, dia terus mengulangi kata-katanya meminta dan meminta mengharap belas kasihan dari penumpang lain. Saya sendiri kasihan, namun dalam posisi dan keadaan ini di kereta seperti tidak berdaya untuk berbuat sesuatu, tulisan ini yang membuat saya sedikit kuat dan menjaga agar tidak kantuk. saya coba foto keadaan di kereta ini,..jepret,..jeprat,.jepret,.dah selesai dech capturenya.
Situasi malam diambil gambarnya sambil duduk.
(penumpang yang berdiri dengan sangat terpaksa menikmati perjalanannya.)
(gelap ngga kliatan, saya coba ambil gambar orang yg menawarkan saya tahu)
(ini wajah saya,..berantakan, untung jeleknya ngga terlalu kliatan hehehe..;P)
Wah hujan nich ternyata, sedikit shock kereta sedang berhenti di mana nich? Apakah di stasiun yang saya tuju,..oh ternyata bukan. Syukur dech.. Baru di stasiun ke delapan. Hujan deras ternyata, peringatan baterei mau habis, sampai ngga ya di stasiun tujuan, stasiun ke sembilan nanti saya berharap sampai.
Petugas tiket sudah meminta saya menunjukan. Saatnya saya siap-siap dech untuk beranjak turun nich. "Oke dech sekian dulu perjalanan pulang saya dari stasiun kota sampai di stasiun terakhir tujuan saya ini." Kalimat dalam dua petik tadi baru saya tambahkan di rumah, ternyata baterei sudah drop sebelum saya menyelesaikan tulisan ini di kereta.
Mohon dimaklumi saya bukan penulis hanya saja saya suka mengarang, mengarang apa yang saya alami saat itu, dan tergantung dari mud saya. Waktu terus berjalan saya coba biarkan pikiran ini terus berimajinasi. Semoga tulisan ini ada sedikit manfaat bagi pembacanya, kekurangan dan kelebihannya harap dijadikan intermezo saja.
Penulis berterima kasih. ^_^
No comments:
Post a Comment