Prestasi ini boleh dibilang cukup baik, mengingat Galuh baru memulai bisnis online shop setahun sebelumnya. Ketika baru memasang jaringan internet di rumahnya, tahun 2007, Galuh hanya memakai internetnya sebatas untuk mengakses Multiply dan Friendster saja. Setelah "menguasai" situs blog dan jejaring sosial ini, Galuh baru terpikir untuk berbisnis melalui blog.
"Kebetulan waktu itu penjualan online asal Indonesia masih jarang. Kalau pun ada, harga produknya pasti mahal banget," ujar perempuan asal Bandung ini.
Barang pertama yang dijualnya adalah sepatu. Sejak dulu Galuh memang suka membuat sepatu sendiri. Bahkan blog pertama yang dibuatnya tahun 2007 itu diberi nama Shoe Maniac. Namun konsep bisnisnya saat itu masih mengikuti tren yang berlaku. Sementara Galuh sendiri lebih menyukai segala sesuatu yang bergaya vintage, dari pakaian, sepatu, hingga tas.
Untuk merealisasikan idealismenya, September 2007 ia mendesain online shop baru dengan nama Garage Store di jejaring blog Multiply. Belakangan ia mengganti domain-nya menjadi www.mygaragestore.blogspot.com. Supaya bisa fokus di blog ini, ia menutup blog Shoe Maniac-nya.
Seperti para pebisnis pemula lain, awalnya Galuh hanya menjual barang-barang tersebut pada teman-temannya sendiri. Kekuatan media online lah yang membuat pembeli produk Garage Store makin meluas. Pelanggannya yang paling banyak justru berasal dari luar Bandung, seperti Purwokerto, Solo, Batam, Jogja, Balikpapan, dan Aceh. Sayang, ia belum mampu melayani pesanan dari Papua.
"Ongkos kirim barangnya mahal sekali. Rp 100.000 per kilonya," kilah lulusan jurusan jurnalistik Universitas Padjadjaran, Bandung ini.
Galuh cukup paham mengenali karakter pelanggannya. Menurutnya, pembeli dari luar kota cenderung membeli dalam jumlah besar, sedangkan pembeli dari Jakarta biasa membeli per item, itu pun dengan sesi tawar-menawar lebih dulu.
Hunting di Gede Bage
Sebagai pelaku bisnis di bidang fashion, Galuh tentunya harus rajin mencari barang baru. Lucunya, ia malah sering hunting barang di pasar second hand Gede Bage, Bandung. Di sini Galuh bisa menemukan banyak barang vintage. Namun barang-barang ini tidak dijualnya di online shop-nya. Ia membeli hanya untuk meniru polanya, lalu dibawanya ke tukang jahit untuk dibuatkan yang baru.
"Aku tuh paling enggak bisa menggambar, apalagi bikin pola. Untungnya aku punya tukang jahit dan sepatu yang sangat mengerti apa yang kupikirkan. Tapi kalau untuk urusan bahan, corak, dan warna, aku yang menentukan," ungkap mantan atlet hoki yang mewakili tim Jawa Barat untuk PON 2008 ini.
Galuh tidak memproduksi produknya secara massal. Setiap model biasanya hanya diproduksi sekitar 1 seri untuk sepatu, dan 10 buah untuk pakaian. Ia jarang sekali me-restock barang. Bila stok barang sudah habis, ia memilih membuat model yang baru. Ia baru memproduksi ulang ketika ada permintaan yang cukup tinggi atas sesuatu barang.
Dalam sebulan, Galuh mengaku umumnya terjadi sekitar 200 transaksi pembelian di tokonya. "Kalau dihitung-hitung, setiap bulan aku bisa dapat untung bersih sekitar Rp 3 juta, sedang kalau hari raya sekitar Rp 5 juta," ujarnya.
[tabloid nova]
No comments:
Post a Comment